Senin, 04 Juni 2018

SEPUTAR HASIL KARET BATUMARTA

 
Batumarta adalah daerah perkebunan karet yang menjadi andalan bagi kabupaten ogan komering ulu, karena wilayah batumarta penghasil getah karet terbesar se sumatera selatan, 40 tahun sudah warga masyarakat  mendatangi tempat ini, pada tahun 1976 pemerintah mencanangkan program transmigrasi untuk menempati wilayah ini, rata-rata yang ikut transmigrasi  berasal dari wilayah jawa dan bali, pada awalnya batumarta adalah hutan belantara, pemerintah dan warga masyarakat bahu membahu membuat perkebunan karet, banyak warga yang menyerah dan kembali ke tempat asalnya namun banyak juga yang bertahan hidup dalam kesulitan di batumarta ini, namun lambat laun kehidupan masyarakat di batumarta semakin makmur, harga karet melambung tinggi pada kurun waktu tahun 2006, harga mencapai 20.000 hal ini seakan menghilangkan rasa dahaga yang selama ini mereka inginkan, pendapatan masyarakat naik 5 kali lipat, rata-rata petani mendapat 5 juta perbulan dari hasil karet, hal ini membuat masyarakat makmur dan sejah tera, namun sekarang harga karet mulai memudar harga karet yang dulu bisa mencapai 20.000 ribu sekarang hanya di hargai 5 – 8 ribu, hal ini jelas membuat masyarakat menjadi resah dan gelisah namun hal itu tidak mematahkan semangat para petani untuk bekerja dan berusaha.
Karena semakin pesatnya perkembangan batumarta, maka wilayah batumartapun terbagi menjadi bebarapa wilayah, Dengan terbaginya Batumarta menjadi 16 Desa dalam 2 Kabupaten bukanlah menjadi penghalang kekeluargaan yang mereka jalin. Penduduk disana juga sudah dengan mudah mendapattkan segala kebutuhan rumah tangga dengan dibangunnya sebuah pasar yang tidak kalah besarnya dengan pasar – pasar yang ada di Baturaja maupun di Martapura. Berada di Batumarta unit II pasar Gotong Royong adalah pusat urat nadi perekonomian disana, pasar yang dikelola secara swadaya oleh pemerintah dan penduduk setempat telah menjelma menjadi pusat kegiatan jual beli yang nyaman.

Namun dengan kemajuan yang telah didapatkan tersebut tidak diiringi dengan kerja sama oleh pemerintah pusat, karena dengan adanya kegiatan distribusi yang padat maka fasilitas yang ada haruslah memadai. Namun dengan keadaan banyaknya ruas jalan rusak dikhawatirkan akan mengganggu kegiatan distribusi di sana. Seperti yang terlihat mulai dari unit V sampai unit IX Kec. Madang suku III Kab. OKU Timur ruas jalan poros 80 % dalam keadan rusak berat, dengan adanya lubang yang besar dan jalan yang tidak rata tidak menutup kemungkinan dapat mengakibatkan kecelakaaan. Namun hal tersebut tidak menyurutkan semangat penduduk untuk tetap menyuplai kebutuhan getah karet ke pabrik-pabrik yang ada di Kota Palembang.